Selasa, 15 Mei 2012

Konsumen Kelas Atas
HEADLINE NEWS  - Yudy Widodo sedang rapat hari Senin sore lalu ketika telepon selulernya berdering. Seorang usahawan tidak dikenal menelepon dari Sidoarjo, Jawa Timur, meminta penjelasan soal mobil Porsche. Yudy memberi penjelasan, tetapi agaknya usahawan itu masih ingin jawaban lebih dalam.
Naluri bisnis Yudy bangkit. Ia terbang ke Surabaya. Pukul 08.00 pagi sudah berada di depan toko pengusaha itu di Sidoarjo. Usahawan itu agak kaget saat menerima Yudy. Tampil rapi, membawa seperangkat komputer, serta bahan-bahan yang dibutuhkan, Yudy menjelaskan mobil Porsche.
Yudy adalah Vice President PT EurokarsArtha Utama. Yudy pun membuka komputernya dan menjelaskan hal ihwal Porsche dari A sampai Z secara ringkas dan padat. Usahawan itu menanyakan soal pintu mobil, Yudy menjelaskan dengan tuntas, lengkap dengan semua speknya.
Pertanyaan tentang atap mobil yang bisa dibuka, atau ban yang aman, semuanya dijelaskan dengan rinci beserta semua gambarnya. Yudy bahkan menjelaskan kalau pintu seperti ini akan menjadi seperti apa. Lalu, saat semua pertanyaan tuntas dibahas, muncul gambar mobil yang diinginkan pengusaha tersebut.
Sesaat kemudian, pesanan mobil Porsche dilakukan. Nilainya setara Rp 3,5 miliar rupiah. Usahawan itu memberi uang muka 50.000 dollar AS. Padahal, penyerahan mobil baru bisa diserahkan paling cepat lima bulan kemudian.
Ini hanya sebuah contoh dari bagaimana Yudy dan timnya menjual mobil-mobil yang harganya ”serba wah” itu.
Dengan gayanya, Yudy dan timnya bisa menjual Porsche sebanyak 140 unit per tahun (2010). Tahun berikutnya, Yudy dan timnya bisa menjual 240 unit dengan rentang harga jual Rp 1,5 miliar sampai Rp 4,5 miliar.
Selain mobil Porsche, perusahaan tempat Yudy bekerja juga menjual mobil mewah Rolls Royce, yang dilepas dengan rentang harga Rp 7 miliar sampai Rp 12,5 miliar. Ternyata, pasar mobil itu di Pulau Jawa cukup besar. Setahun, mereka menjual 40 mobil mewah itu.
Yudy menyebutkan, para pembeli mobil-mobil keren itu ada dari orang yang tidak terduga. Para pembelinya adalah usahawan yang terkesan bersahaja, tetapi sangat likuid sebagai usahawan. ”Mereka mampu membeli dengan dingin,” ujar Yudy di Yogyakarta, pekan lalu.
Mereka adalah pemilik pabrik cat, para eksportir kopi, teh, batubara, minyak mentah, dan pabrik rokok. Ada pula sejumlah advokat terkenal.
Hal yang menarik, Yudy mengatakan, data soal orang-orang kaya Indonesia dimiliki pelbagai kalangan di luar negeri. Diketahui para pemilik pabrik mobil, investor kelas atas, dan lembaga-lembaga riset bisnis.
Dari riset kecil ataupun fakta yang ia temukan di lapangan, Yudy membuat pengelompokan orang-orang berduit di Indonesia. Pertama, yang mampu membeli rumah sederhana dan mobil sekelas Avanza, Xenia, March, atau Grand Avega.
Kedua, yang mampu membeli rumah agak baik, harga di atas Rp 400 juta, dan membeli mobil mulai dari Kijang kelas paling tinggi sampai pada Toyota Altis, Hyundai Tucson, dan Honda CRV. Ketiga, yang sudah mampu membeli rumah di atas Rp 2 miliar, dan atau membeli mobil sejenis Honda Accord, Toyota Camry, atau Hyundai Sonata.
Keempat, ada yang mampu membeli mobil di atas Rp 800 juta sampai Rp 1,3 miliar. Kelima, yang mampu membeli rumah dengan harga di atas Rp 3 miliar dan mobil di atas Rp 1,5 miliar, misalnya Porsche dan sebagainya.
Seorang industriawan yang punya beberapa gerai di mal elite Jakarta menyebutkan, banyak orang Jakarta yang kalap kalau berbelanja. Mereka belanja di atas Rp 1 miliar per bulan.
Fakta lapangan ini diungkap untuk memaparkan langgam orang kaya berbelanja dan memberi data kepada para usahawan bahwa lebih dari 30 persen warga Indonesia mampu berbelanja mobil-mobil berkelas. Selain itu, terdapat lebih dari dua juta orang yang mampu membeli barang-barang mewah dengan harga di atas Rp 2 miliar. Tentu ini bukan angka persis, melainkan rekaan.
Pemaparan beberapa fakta ini kiranya bermanfaat bagi para usahawan untuk mengetahui sasaran, membuat target produk, dengan pasar orang-orang yang kuat secara ekonomi. Pasar tersebut masih sangat terbuka lebar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar